PESANTREN RUMAH KEDUAKU


                                    PESANTREN RUMAH KEDUAKU


           Zahra, dia adalah seorang anak perempuan yang dilahirkan dari keluarga yang kurang mampu. Ayah nya bernama Wahab, ia bekerja sebagai seorang buruh, terkadang ayah nya juga mengerjakan segala hal yang bisa ia lakukan. Untuk mencari uang yang halal untuk mencukupi kehidupan keluarga nya. Ibu zahra bernama Hanum, ia juga bekerja sebagai tukang cuci baju dirumah tetangga nya, untuk membantu suami nya mencari nafkah.
Sore itu tepat pukul 17:30 WIB, zahra bertanya kepada ayahnya tentang keinginan nya masuk kepondok pesantren.
“Ayah ,zahra ingin sekali masuk pesantren , terserah pesantren apa , yang penting pesantren , apakah boleh ayah?”
            Ayah hanya berpikir dan terdiam dengan waktu yang cukup lama. Akan tetapi, setelah ayah berpikir cukup lama, ayah memberikan jawaban yang cukup memuaskan.
“Anak ku zahra, ayah tahu zahra sangat ingin masuk pesantren, ayah juga senang dengan pemikiranmu itu, akan tetapi sabar ya anak, ayah akan berusaha mewujudkan impianmu.”
            Mendengar jawaban ayah nya, zahra pun mengerti dan faham dengan jawaban ayah nya. Zahra pun bekerja keras agar ia bisa masuk pesantren dengan cara mendapatkan beasiswa, karna ia merasa kasihan melihat ayah ibu nya yang telah banyak berkorban untuk hidup nya, karna itu ia ingin masuk pesantren dengan cara beasiswa. Dengan mengikuti beberapa testing dan ujian yang cukup berat.
 Akhirnya zahra lolos dan mendapatkan beasiswa selama 6 tahun di pondok pesantren dengan persyaratan ia mampu mempertahankan prestasi nya, paling tidak ia mampu mendapatkan peringkat 5 besar.
Selang beberapa hari setelah ia lolos mengikuti testing dan beberapa ujian, ia pun berangkat menuju pondok pesantren yang telah ditentukan oleh pihak pemberi beasiswa.
Sebuah pondok pesantren modern yang bernama pondok pesantren Daarul hikmah . Disepanjang perjalanan menuju pondok pesantren, hati zahra amat bahagia. Zahra membayangkan jika ia berada dipesantren nanti, ia akan mendapatkan teman yang banyak dan teman yang baik.
Sesampainya dipondok pesantren zahra pun tidak sabar untuk turun dari mobil, dengan segera zahra mengangkat dan menegeluarkan barang-barang nya keluar dari mobil.
Zahra memang sangat bahagia saat ia dapat mewujudkan mimpinya untuk masuk kepondok pesantren, akan tetapi ia juga sedih, karna ibu nya tidak dapat ikut mengantarkan nya, karna kondisi keuangan keluarganya yang tidak memungkinkan ibu nya untuk ikut mengantarnya. Zahra hanya berangkat bersama ayahnya, di dalam hatinya ia takut berpisah dengan ayah ibu nya .
Namun, ia harus tetap tegar menjalani kehidupannya yang baru, yang akan ia mulai dipondok pesantren daarul hikmah. Dengan tekat nya bulat, Zahra pun mengikhlaskan kepergian ayah nya.
 Zahra hanya menitipkan pesan untuk ibu nya, serta janji yang ia ucapkan pada kedua orang tuanya.
“Ayah, sampaikan salam sayang zahra pada ibu, Zahra janji, Zahra akan menjadi anak yang berbakti pada ibu dan ayah, dan zahra janji akan menjadi orang yang berguna bagi semua orang.
            Setelah ayah zahra bergegas kembali kerumah, zahra pun dibantu dengan kakak seniornya untuk menunjukkan dimana asrama yang akan ditempati oleh zahra. Sesampainya diasrama, ia membereskan barang-barangnya dilemari yang memang sudah tersedia diasrama tersebut. Setelah itu ia memperkenalkan dirinya dengan teman teman seasramnya.
“Perkenalkan nama saya Rasni adiba zahra, saya biasa dipanggil zahra. Saya berasal dari Riau.”
Setelah zahra memperkenalkan dirinya, ada salah satu teman asramanya yang berdiri, seolah bersemangat untuk memperkenalkan dirinya.
“Zahra, perkenalkan nama ana Sri salwa sundari, biasa dipanggil shal. Ana berasal dari medan sumatra utara.”
Dengan senyum bahagia, zahra bersalaman dengan shal.
“senang bisa berkenalan dengan kamu shal”
“iya ana juga senang bisa berkenalan dengan kamu zahra”
Setelah beberapa hari ia menjalani kehidupan dipondok pesantren, akhirnya zahra mengetahui arti dari sebuah kesederhanaan dan kebersamaan.
            Disuatu pagi tepat dihari minggu, zahra membereskan lemarinya yang telah berserakan. Saat itu entah mengapa pandangan zahra terpusat pada sebuah foto ayah dan ibu nya. Zahra sangat merindukan kedua orang tuanya, sehingga air mata nya pun tidak dapat ia bendung lagi. Tidak beberapa lama, seseorang memukul pundaknya sambil berkata.
“hay kamu kenapa menangis?”
“tidak apa apa ukhti”
“benar kamu tidak apa apa? Kamu tidak boleh berbohong, kamu rindu ya pada kedua orang tua kamu?
“ukhti kok bisa tahu?”
“ya taulah, kamu kan lagi pegangi foto kedua orang tua kamu”
“iya ukhti, zahra rindu sekali dengan ibu dan ayah zahra”
            Dengan tiba-tiba shal mendekati zahra dan merangkul pundaknya sambil berkata .
“yasudah kamu jangan bersedih lagi, ana akan selalu besama kamu, kita akan sama-sama menjalani kehidupan yang akan kita hadapi kedepannya”
            Memang benar, kehidupan diluar dan didalam pondok itu berbeda. Zahra memang beberapa minggu tinggal dipondok pesantren, akan tetapi ia sudah mendapatkan beberapa peristiwa yang belum pernah ia dapatkan sebelumnya, yaitu seperti, seorang anak orang kaya mau satu cangkir bahkan satu piring berdua dengan temannya yang biasa saja. Dan ia juga sering mendengar kakak kakak seniornya saling meminta sabun mandi, sedangkan dikampungnya dia tidak menemukan hal seperti itu.
Waktu demi waktu pun telah berlalu, sudah banyak hal hal yang zahra ketahui, seperti kosa kata bahasa arab dan bahasa inggris serta lain sebagainya.
Keesokan harinya zahra sudah bersiap siap berangkat untuk pergi kesekolah,akan tetapi ia bingung saat mencari kaos kaki nya,padahal pagi ini akan ada pemeriksaan dari kepala KMI yang terkenal tegasnya.
Dalam hati zahra berkata.
“aduh kemana ya kaos kaki ana,perasaan ana letak didalam sepatu deh,tapi kok gak ada ya”
Saat zahra sedang bingung,shal pun datang menghampiri zahra,sambil bertanya
“zahra kamu kenapa?”
“iya ini shal,ana lagi mencari kaos kaki ana yang hilang,padahal seingat ana,ana letak di dalam sepatu deh dua dua,tapi gak kok malah gak ada”
“hemmm,yaudah zahra ana punya ide,bagaimana kalau kita pakai kaos kaki sebelah sebelah saja,ana pakai sebelah kanan dan kamu pakai yang sebelah kiri.”
“ide yang bagus,tapi nanti kalau ketauan bagaimana?”
“tidak apa apa,nanti kalau dihukum kita kan sama sama”
            Setelah itu rasa takut zahra pun hilang,dengan percaya diri zahra dan shal pergi kekelas.Tak beberapa lama mereka sampai kedalam kelas,bel pun berbunyi,kami pun bergegas keluar dari kelas menuju lapangan.
Dan hal yang tertakuti tiba,saat ustadz said memeriksa kaos kaki,semua menunjukkan sebelah kanan,akan tetapi saat memeriksa kaos kaki zahra,zahra menunjukkan yang sebelah kiri,maka ustadz said pun bertanya.
“zahra,mana kaos kaki kamu yang sebelah kanan?”
“aanuh ustadz,kaos kaki ana yang sebelah kanan gak ada ustadz,hilang.”
“hilang?”
Saat nada bicara ustadz said mulai berbeda,shal berdiri dan berkata.
“ustadz,itu tidak mutlak kesalahan zahra,itu juga kesalahan ana,karna ana memakai sebelah kaos kaki dari zahra.”
“baik lah,karna ini kesalahan kalian berdua,maka kalian berdua akan ustadz hukum.nanti ketika yang lain istirahat,kalian berdiri dilapangan sambil memegang kaos kaki kalian.PAHAM!!”
“tapi ustadz”
Saat zahra ingin melanjutkan kata katanya,ustadz said malah pergi tanpa mendengarkan kata kata zahra.Akhirnya zahra dan shal pun siap menerima hukuman dari ustadz said.
            Hari demi hari telah berlalu,dimana disetiap harinya di adakan yang namanya jasusah,dan yang pasti zahra selalu masuk disaat malam pembacaan jasusah,padahal zahra anak yang baik,dan selalu mengikuti peraturan yang ada,itu yang membuat zahra heran mengapa ia selalu masuk jasusah.
Contohnya ia selalu masuk jasusah keamanan,dengan kesalahan minum berdiri,padahal zahra tidak pernah minum berdiri,mau tak mau zahra harus nengikuti hukuman yang diberikan oleh kakak senior,contoh hukuman yang diberikan mereka adalah membersihkan WC yang bauk nya minta ampun,begitupun dengan jasusah kebersihan,zahra selalu dihukum memakai kalung sampah karna ia selalu masuk jasusah dengan kesalahan membuang sampah sembarangan,bahkan bahasa,zahra juga selalu dipamplet dengan bacaan ratu bahasa.Itu semua sebenarnya tidak mutlak kesalahan zahra,itu hanya keakalan teman temannya.Teman teman nya iri melihat zahra yang selalu tidak permah melanggar peraturan.
            Begitulah keseharian zahra yang selalu dihukum dengan berbagai hukuman,tetapi ia tetap sabar menjalaninya.Zahra juga adalah anak yang tergolong giat belajar,pintar,sopan,baik hati,ramah,dan suka menolong,wajar saja ia selalu mendapatkan peringkat pertama dari seluruh santri,bisa dibilang ia juara umum,itu semua didapatkan dengan kegigihannya,dan usahanya selama ini.
Ia mampu menepati janjinya pada kedua orang tua nya dan pihak sekolah yang telah memberikan beasiswa kepadanya.
Semua ustadz ustadzah kagum kepadanya,dan seolah olah tidak mau kehilangan santri seperti zahra.
6 tahun waktu telah berlalu,dimana tiba saat zahra akan meninggalkan pondok pesantren yang saat ia cintai,hal yang membuatnya senang adalah ayah dan ibunya pun datang dengan wajah yang penuh dengan kegembiraan ,dan disaat itu acara wisuda pun dimulai.
Saat salah satu ustadz yang bernama Han membacakan nama nama mereka serta peringkat yang mereka dapatkan,maka zahra serta kedua orang tua nya pun terkejut saat nama zahra disebut sebagai peringkat pertama dan satu satunya santriwati terbaik.Maka dengan penuh rasa bangga dan bahagia zahra diberi waktu untuk memberikan kata motivasi untuk generasi berikutnya untuk menjadi seseorang yang lebih baik dari pada zahra sendiri.
“assalamualaikum warohmatullahi wabarokatu.saya zahra,saya bangga menjadi diri saya sendiri,yang terlahir dari keluarga yang sederhana,saya tidak malu dengan keadaan saya yang dulu hingga sekarang,walau ayah dan ibu saya tidak pernah datang menjenguk saya,walau hanya sehelai surat yang hanya dapat melepas kerinduan saya terhadap kedua orang tua saya,kesedihan yang saya rasa mungkin jarang diantara kalian yang merasa kan,bahkan mungkin tidak ada,saya sudah merasakan bagaimana makan 1 piring berdua,tidur 1 tilam berdua,bahkan mencuci dengan bekas sabun rendaman teman saya,tetapi saya punya 1 teman yang sudah saya hanggap sebagai saudara saya sendiri,yaitu shal,saya juga bangga punya teman seperti dia.Intinya setiap kesuksehan itu dapat kita gapai dengan disiplin,dan apa yang yang akan kita dapatkan tergantung pada diri kita sendiri.karna tidak ada kesuksehan tanpa disiplin,tiada kebahagiaan tanpa disiplin,serta tiada kesenangan tanpa disiplin.mungkin hanya ini yang bisa saya sampaikan,kurang dan lebih saya minta maaf,sesungguhnya saya hanya manusia biasa.
Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatu”
            Selang beberapa jam setelah ia turun darimimbar,zahra menjumpai ustadz ustadzah untuk berpamitan,ia senang karna bisa memiliki pengajar seperti mereka,disalamnya satu persatu ustadz ustadzahnya,ia merasa paling sedih saat berpisah dengan ustadz yang selama ini menjadi motivasinya,yaitu ustadz han,tapi memang waktu yang harus memisahkan mereka.Setelah selesai berpamitan dengan para ustadz ustadzah,zahra pun berpamitan dengan adikan kelasnya juga dengan shal teman yang paling berjasa didalam hidup zahra,seolah tak tahan lagi zahra membendung air mata nya,zahra menangis saat berpelukan dengan shal.
“shal senang bisa kenal dan dekat dengan kamu,semoga kita tetap bisa menjadi teman ya!”
“iya zahra,ana juga bangga menjadi teman kamu.”
            Setelah selesai berpamitan,zahra dan kedua orang tahu nya pun berangkat untuk kembali kekampung halaman mereka,.zahra sangat senang karna bisa kembali lagi kekampung halamannya yang sudah 6 tahun ia tinggalkan.Apalagi ia kembali bersama kedua orang tuanya.
Sesampainya dirumah,selang beberapa minggu zahra dikejutkan dengan selembar amplop yang berisikan surat keterangan bahwa zahra menerima beasiswa ke turki,yang mana negara itu telah ia impikan selama ini.
Dengan bangga ia berlari menghampiri kedua orang tua nya yang sedang duduk di cakruk belakang rumahnya.
“ayah ibu,lihat zahra mendapatkan beasiswa ke turki.”
Tak ada kata kata yang keluar dari mulut ayah dan ibu zahra selain air mata haru dan bahagia dengan apa yang didapatkan oleh anak semata wayang mereka yaitu Zahra.
            Tak lama setelah zahra menerima surat itu,tubuh zahra mendadak tidak setabil dan melemah,tak tahu apa yang terjadi pada tubuhnya,ia tidak pernah merasakan ini sebelumnya,ia heran dengan dirinya sendiri.
Selang beberapa hari setelah itu,zahra meninggal dunia,serasa tubuh kedua orang tua zahra di goncang dengan angin yang sangat kencang.rasa tak percaya timbul,namun apa daya,tangis air mata darahpun tidak dapat mengembalikan zahra lagi kedunia ini.
Para kerabat,ustadz ustadzah,dan para teman termasuk shal datang  untuk melayat kerumah almarhumah.Zahra.
Dan ternyata setelah diselidiki,ternyata zahra mengidap penyakit mag keronis yang sudah akut,dan penyakitnya itu sudah ia derita selama ia masih mondok di pondok pesantren.
Memang tak mudah kehilangan segala hal yang kita banggakan,namun dengan penuh rasa ikhlas kita harus tetap bisa untuk merelakannya.
Dan tetaplah memiliki rasa ingin berbagi,karna ciri khs santri adalah berbagi.
Santri harap ngantri..




                                     ...SELESAI...
 
Karya:RAUDHATUL ADAWIYAH



Komentar